Daftar Isi [Tampil]
Selama ini guru identik sebagai pengajar, pemberi petunjuk dan sumber ilmu. Tapi bagaimana kalau perspektif ini dibalik? Bagaimana jika guru adalah siswa dan murid-murid mereka adalah ‘guru’-nya? Dalam perjalanan sekian tahun mengajar, aku jadi sedikit tahu kalau ternyata sebagai guru, aku diajarkan banyak hal dari murid-muridku. Bukan soal teknologi saja, tetapi soal kejujuran, kreativitas hingga nilai kehidupan.
Tahun 2019 lalu, bersama beberapa kawan guru, aku menulis buku ‘Guru Wow untuk Kids Zaman Now’ terbitan Penerbit Diva Press. Sebuah buku yang membahas hal-hal yang dialami oleh guru ketika menghadapi berbagai macam siswa, dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah lanjutan.
Di sisi lain, ternyata buku itu adalah salah satu caraku belajar dari murid-muridku. Bagaimana mereka penuh potensi, selalu punya cara unik menghadapi sesuatu, kreatif dan sering kali menginspirasi. Jadi, yuk kita bahas lebih lanjut, bagaimana guru yang mengajar pun, diam-diam belajar dari murid-muridnya.
Kejujuran tak Terduga
Ketika mengajar kelas bawah, kita bisa melihat kalau anak-anak itu benar-benar polos dan jujur. Mereka enggak ragu untuk menanyakan hal yang menurutnya aneh, menyuarakan pendapat hingga tidak jarang menyentil ego gurunya.
Pertanyaan-pertanyaan sederhana mereka sama sekali enggak jaim atau disembunyikan. Kita sebagai guru, perlu belajar kejujuran ini, bahwa belajar di kelas tidak hanya sekadar mengikuti kurikulum dan tuntutan buku saja. Tetapi memanusiakan siswa. Memastikan murid tidak hanya hapal tapi juga paham dan menikmati tiap proses belajarnya.
Dalam buku Guru Wow untuk Kids Zaman Now, kejujuran murid seperti ini sering kali dianggap sebagai “petunjuk” untuk guru agar mereka bisa terus beradaptasi dengan kebutuhan siswa zaman sekarang.
Kreativitas tanpa Batas
Anak zaman now, gen Z dan gen alpha adalah anak-anak yang tumbuh dengan banyak stimulus di sekitarnya. Tidak heran jika kreativitas dan ide-ide mereka tidak pernah habis, tanpa batas bahkan kadang di luar nalar.
Kita sebagai guru kadang terjebak dalam rutinitas lama. Entah karena memang tuntutan kurikulum atau karena guru sudah terlalu lelah untuk mempersiapkan pembelajaran yang menarik lantaran disibukkan dengan administrasi.
Tapi tidak jarang, anak-anak justru memberikan ide-ide segar yang bisa membuat guru berpikir, ‘Oh ya, kenapa enggak coba gini ya?’ Apalagi jika mereka diberikan kebebasan dalam berkreasi. Tidak jarang kita akan menemukan banyak hal baru yang luar biasa. Tentu sebagai guru, kita tetap harus mengawal mereka agar tidak meleset terlalu jauh.
Teknologi: Murid Jadi "Guru" Digital
Apa beda anak zaman now dengan zaman old? Generasi sekarang sudah melek digital sejak mereka masih kecil. Teknologi jadi bagian sehari-hari yang tidak dapat dihindari. Guru yang mungkin agak “gagap teknologi” justru sering belajar dari murid mereka tentang bagaimana menggunakan aplikasi atau alat baru untuk pembelajaran.
Ada murid yang menunjukkan cara menggunakan aplikasi Canva untuk membuat presentasi yang lebih menarik. Guru yang awalnya hanya mengandalkan PowerPoint akhirnya belajar bahwa ada cara yang lebih interaktif dan kreatif. Guru zaman sekarang harus mau belajar teknologi dari murid mereka untuk membuat pembelajaran lebih relevan dan menarik.
Belajar Empati dari Cerita Murid
Fakta kalau tidak semua siswa saat datang ke sekolah dalam keadaan baik-baik saja atau kondisi sempurna. Ada yang punya masalah di rumahnya, ada yang masih harus membantu orang tua bekerja, ada yang tidak mendapat kasih sayang keluarga karena perpisahan orang tua.
Cerita-cerita ini sering kali membuka mata guru jika sekolah dan pendidikan bukan sekadar akademik saja. Tetapi juga tempat memanusiakan murid. Guru belajar untuk lebih peka dan tidak langsung menghakimi murid yang, misalnya, datang terlambat atau tampak kurang konsentrasi di kelas. Dari sini, guru belajar nilai empati.
Murid yang Antusias itu Menular Lho!
Bagi guru, melihat muridnya bisa menikmati dunia mereka, jadi hal yang berharga. Misalnya anak-anak tertawa karena hal kecil di kelas, tertawa karena berhasil menjawab soal yang sulit, mengobrol tentang rencana liburan singkat mereka, diberi waktu tambahan jam istirahat 5 menit lebih banyak dari biasanya dan lain-lain.
Antusiasme seperti ini bisa membuat guru mengerti, kalau hidup enggak melulu ‘serius mode on’. Sebagai guru, kita juga perlu menyisipkan kegembiraan dalam proses belajar. Murid mengajarkan bahwa belajar bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan jika dilakukan dengan cara yang tepat.
Tantangan yang Kadang Bikin Menghela Napas
Dari buku Guru Wow untuk Kids Zaman Now, masing-masing dari kami cerita tentang nano-nanonya siswa zaman sekarang. Dari yang sulit diatur hingga yang kelakuannya di ‘luar nurul’. Tapi justru dari murid-murid seperti ini, guru belajar tentang kesabaran, keteguhan, dan strategi baru.
Dalam buku ini, ada kisah tentang bagaimana guru bisa menghadapi murid yang menantang dengan cara yang kreatif, seperti mengajak mereka terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan minat mereka. Dari situ, guru belajar bahwa setiap anak itu unik dan membutuhkan pendekatan yang berbeda. Tantangan dari murid ini sering kali menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi guru.
Penutup
Akhirnya bisa juga menyelesaikan tulisan ini. Kalau guru adalah siswa, murid adalah guru terbaik yang mereka miliki. Selalu ada cerita tentang kejujuran, kreativitas, dan antusiasme mereka, murid mengajarkan hal-hal sederhana yang sering terlupakan oleh orang dewasa.
Jadi, mari rayakan hubungan unik guru-murid ini. Karena di dalam kelas, sejatinya adalah dua pihak yang berbagi ilmu: guru dan murid. Dan bisa jadi, murid-murid yang luar biasa inilah yang diam-diam menjadi inspirasi terbesar bagi guru.
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.