Daftar Isi [Tampil]
Salah satu alasanku menulis review buku adalah dalam rangka merawat ingatan. Kalau enggak ditulis, biasanya sering kelupaan. Nah jadi, tiap kali membaca buku, ada tantangan tersendiri untuk menuliskannya juga dalam bentuk review buku.
Review buku adalah cara seorang pembaca buku dan pencinta buku membagikan kesenangannya setelah membaca buku. Jadi yang namanya ‘membagikan kesenangan’, isinya ya hal-hal menarik dan bagus dari buku yang baru dibaca. Maka menulis review buku harus bagus juga agar menarik pembaca.
Kunci Menulis Review Buku Bagus
Review buku yang bagus mengikuti kaidah atau urutan menulis review buku. Nah, baru deh untuk bagian isinya bisa disesuaikan dengan keadaan. Baik jenis bukunya ataupun gaya si pembuat review. Berikut kunci menulis review buku bagus yang bisa kamu simak.
Tulis Identitas Buku dengan Lengkap
Langkah pertama menulis review buku setelah membaca isi buku adalah menuliskan identitas bukunya. Akan lebih baik jika dituliskan dengan lengkap. Ini membantu pembaca mendapatkan informasi dasar dari buku dengan cepat.
Bagian-bagian yang dituliskan pada identitas buku meliputi, judul buku, nama penulis, tahun terbit, penerbit, jumlah halaman, harga buku, dan nomor ISBN. Judul buku dengan judul review buku itu berbeda ya. Meski beberapa ada juga yang membuatnya sama.
Judul review buku biasanya ditulis di bagian awal. Untuk kepentingan blog ini, aku biasanya menuliskannya di atas sebagai judul. Baru deh judul buku di bagian bawah dari gambar buku. Kemudian baru identitas lainnya. Pada blog ini, kadang aku juga tidak mencantumkan harga buku. Harga buku biasanya aku cek dari situs resmi penerbitnya.
Sinopsis Buku: Lengkap tapi Tidak Spoiler
Setelah menulis identitas buku, berikutnya menulis sinopsis atau ringkasan isi buku. Ini digunakan untuk memberi gambaran isi buku. Pada buku non-fiksi umumnya ditulis secara lengkap tetapi tetap ringkas. Pada buku fiksi, ditulis garis besarnya saja.
Kalau mau lebih praktis lagi, bisa tuliskan blurb yang ada di sampul belakang buku. Blurb biasanya ditulis sudah menggambarkan isi buku tetapi tanpa spoiler. Justru sebaliknya, blurb didesain untuk menarik perhatian pembaca, calon pembaca, dan calon pembeli buku.
Apa Kesan Pertamamu?
Pertanyaan ini sebaiknya dijawab dengan jujur. Tidak semua buku memberikan kesan mendalam pada saat pertama dibaca. Jelas, semua sesuai dengan selera dan kebutuhan. Tapi tidak demikian bagi pereview buku yang menulis review buku karena kebutuhan, buku apapun harus tetap dibaca.
Buat cerita mengenai kesan pertama saat membaca buku itu. Misalnya saat membaca judulnya, saat melihat sampulnya, saat tahu siapa penulisnya, atau saat membaca blurb di belakang sampul buku. Penilaian ini bersifat pribadi sih, jadi sangat menunjukkan kesan ‘aku banget’.
Walaupun sifatnya pribadi, bukan berarti dibuat terlalu manis atau sebaliknya terlalu pahit. Meski tidak semua buku memberikan kesan yang sama. Pembuat review buku harus pintar-pintar menceritakan kesannya saat membaca, tetapi tidak menjatuhkan si buku atau penulisnya.
Gaya Kepenulisan, Setting, Kejadian, dan Alur Cerita
Khusus untuk bagian ini biasanya ditemukan pada buku fiksi. Bagian-bagian seperti gaya kepenulisan, setting, kejadian, dan alur cerita perlu dibahas. Idealnya sih, semuanya dibahas. Tetapi kembali pada kebutuhan dan keperluan si penulis review buku, mau menulis bagian yang mana saja.
Contohnya membahas gaya kepenulisan satu penulis, pada satu buku dengan bukunya yang lain. Atau membandingkan gaya kepenulisan dengan buku penulis lain yang memiliki gaya atau tema serupa. Pada buku non-fiksi gaya kepenulisan bisa dibahas juga. Tetapi setting, kejadian dan alur cerita tidak selalu ada. Jadi bisa dilewatkan saja.
Apa Yang Menarik?
Jika kesan pertama berhubungan dengan pengalaman pertama sebelum membaca buku, maka pertanyaan apa yang menarik merupakan jawaban setelah membaca buku. Pembuat review buku memiliki kebebasan untuk mengungkapkan apa yang menurutnya menarik dari suatu buku, apa yang disukai dan tidak disukai dari buku itu.
Untuk tahu mana yang menarik, mana yang disukai dan mana yang tidak disukai syaratnya harus membaca keseluruhan isi buku lebih dulu. Jadi tidak boleh hanya kira-kira saja. Penilaian ini bersifat personal. Hal yang menarik, hal yang disukai dan tidak disukai bisa saja berbeda antara penulis review buku yang satu dengan yang lain.
Contoh panduan pertanyaannya gini: ‘bagian mana yang paling menarik? Kenapa?’ Bisa juga dengan pertanyaan: ‘Bagian mana atau bab berapa yang paling disenangi? Kenapa?’
Hal yang Dapat Dipelajari
Setelah baca buku, pasti ada yang dirasakannya kan? Ada yang merasa mendapatkan pengetahuan baru, ada yang merasa terhibur, bahagia, puas, kesal, bosan, atau bahkan tidak suka. Nah apa yang dirasakan setelah membaca buku bisa dituliskan bagian ini.
Untuk buku non-fiksi, yang didapat pastinya adalah pengetahuan atau informasi baru. Informasi ini biasanya sudah tersurat dengan jelas pada buku. Misalnya buku non-fiksi motivasi, jelas sudah ada ‘nilai-nya. Buku-buku seperti ini ditujukan untuk memberikan inspirasi, mendapatkan motivasi bahkan mengubah seseorang.
Pada buku fiksi, sedikit berbeda. Untuk mendapatkan ‘pelajaran’ pada buku fiksi, butuh usaha lebih, karena kebanyakan ‘nilai’nya tersirat. Aku suka baca buku fiksi, karena beberapa buku fiksi yang mengangkat sejumlah tema, ternyata membuatku juga tertarik dengan bidang tersebut. Contohnya baca buku sejarah, eh keterusan tertarik baca-baca sejarah.
Eits, meski demikian, tidak semua buku harus ada ‘nilai’-nya. Idealnya, memang harus bernilai. Tetapi meski tidak ada nilai secara tersurat pun, minimal sebuah buku yang dibaca bisa memberikan hiburan untuk pembacanya.
Quote Favorit Perlu Ditulis Juga
Kalau bagian favorit sudah dituliskan, maka boleh dong tuliskan juga quote atau kutipan favorit dari isi buku. Tidak wajib sih, tapi boleh ada. Kutipan favorit bisa dicari dengan mudah dari buku-buku non-fiksi. Sementara pada buku fiksi, tidak mudah untuk dicari, karena umumnya tidak tertulis secara tersurat.
Lalu, ditulis semua kutipannya? Enggak juga sih. Yang namanya favorit, ya artinya ditulis yang favorit saja. Boleh juga ditambahkan dengan komentar dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Ini yang bisa jadi daya tarik agar tulisan review buku makin menonjol. Nah saat menuliskannya, misal dalam blog, bisa dibuat dengan huruf berbeda atau disetting ‘kutipan’, jadi lebih terlihat. Dan jangan lupa tulisan halaman berapa favorit itu berasal.
Saatnya Memberikan Penilaian
Pada akhir tulisan review buku, baru deh bisa diisi dengan penilaian secara umum. Sejumlah reviewer memberikan penilaian dalam bentuk ulasan atau tulisan saja. Tetapi ada juga yang memberikan penilaian dengan angka. Tidak ada aturan baku untuk angka ini. Aku sendiri kadang menggunakan skala 5 atau skala 10.
Penilaian bersifat pribadi, jadi sangat tergantung dengan selera masing-masing pereview. Penilaian ini kadang jadi patokan bagi calon pembaca untuk memilih buku. Untuk menentukan akan membaca buku itu atau tidak. Memang tidak bisa jadi patokan utama, tetapi bisa sangat membantu dalam memberikan pertimbangan.
Buku ini Cocok Untuk Siapa Ya?
Selain memberikan review buku, reviewer juga boleh memberikan rekomendasi buku tersebut cocok dibaca oleh siapa. Keterbacaan suatu buku ini penting diberikan, sebagai patokan kelayakan suatu buku dibaca oleh siapa saja. Pertimbangan yang dapat dilakukan seperti usia, jenis kelamin, jenis buku ataupun genre buku.
Memberikan rekomendasi keterbacaan buku bukan membatasi bacaan. Tapi agar pembaca bisa memilih sesuai dengan kebutuhannya. Contohnya, tidak mungkin kan novel teenlit direkomendasikan untuk anak usia lima tahun. Pasti akan dipilih sesuai dengan usianya, buku anak untuk usia anak.
Kesimpulan
Pada akhir review buku, sebaiknya dibuat kesimpulan. Jadi, seorang reviewer menuliskan kesimpulan akhir setelah membaca keseluruhan isi buku. Sifat dari kesimpulan ini bisa pribadi atau subyektif. Kesimpulan ini bisa membantu calon pembaca, calon pembeli buku untuk memutuskan akan membeli atau membaca suatu buku.
Penutup
Nah terakhir, review buku yang ditulis sebaiknya harus jujur. Kalau bagus ya katakan bagus, jika menarik ya katakan menarik. Memang tidak semua buku bagus, tidak semua buku menarik. Tapi pintar-pintarnya si pereview, untuk menulis penilaiannya terhadap suatu buku secara baik, tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan. Cara menulis review buku negatif itu ada triknya.
Demikian tadi review buku yang bagus harus bagaimana dan apa saja kuncinya. Semakin banyak berlatih, membaca maupun menulis maka seorang penulis review buku akan semakin mahir serta dapat menghasilkan tulisan yang menarik. Sampai jumpa di tulisan lainnya.
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.