Daftar Isi [Tampil]
Buku yang kamu resensi atau review kan sudah lumayan banyak tuh, suka kepikiran nggak: apakah review yang dibuat sudah benar?
Ada kalanya pertanyaan seperti itu pun muncul. Apalagi saat melihat jumlah pengunjung review buku yang dibuat, ternyata ada yang jumlahnya banyak tapi tidak sedikit yang jumlahnya astaghfirullah. Maksudnya sepi gitu. Oleh karena itu, sepertinya cocok nih, untuk melakukan refleksi juga.
Apakah review buku yang dibuat sudah benar? Apakah review buku yang dibuat sudah menarik? Apakah review buku yang dibuat sudah cukup memberikan informasi yang cukup untuk pembaca? Apakah review buku yang dibuat sudah cukup membuat pembaca merasa tertarik dan akhirnya membeli buku? Nah berikut beberapa kesalahan saat menulis review yang sangaja aku rangkum.
1. Informasi Buku yang Tidak Lengkap
Dalam sebuah resensi harusnya mencakup beberapa informasi atau data buku seperti: Judul, Nama Pengarang, Tanggal Terbit Buku, Format, Jumlah Halaman, ISBN buku, dan genrenya. Nah ternyata, pada awal-awal membuat resensi, hal ini aku lewatkan. Jadi ya hanya judul saja. Akhirnya orang yang membaca pun tidak dapat informasi soal buku itu ya.
2. Alasan dan Kesan Membaca Buku Tersebut
Untuk satu hal ini sebenarnya relatif. Saat awal membuat resensi dulu, semua buku yang kubuat reviewnya, memang buku yang ingin aku baca. Tapi seiring semakin berkembangnya blog ini, review yang aku tulis tidak lagi hanya karena ingin baca lalu ingin berbagi saja. Beberapa buku yang dibuat reviewnya adalah buku hadiah atau pesanan.
Oleh karena itu, bagian ini biasanya aku lewatkan. Padahal sebenarnya, kalau bisa diolah dengan baik, maka bagian ini bisa jadi salah satu alasan pembaca untuk melanjutkan membaca reviewnya ya. Pembaca akan lebih tertarik pada alasan dan kesan yang sama dengan si pembuat review.
3. Rekomendasi Buku dan Rekomendasi Pembaca
Pada akhir review buku, biasanya dicantumkan juga kenapa sebuah buku direkomendasikan. Lalu ada juga rekomendasi panduan pembaca, misal buku tersebut sebaiknya dibaca oleh siapa saja atau usia berapa saja.
Kedua hal ini penting, agar pembaca lebih memahami sebuah buku dan fungsinya. Aku selalu berusaha mencantumkan hal ini sih. Hanya kadang memang terlewat. Padahal kedua hal ini penting banget.
4. Rating Buku Tidak Ada
Hal berikutnya yang sering terlewatkan adalah rating buku. Ada penulis review yang menggunakan rating 5, dan ada pula yang menggunakan rating 10 bahkan 100. Tidak masalah menggunakan rating yang mana, asal ada ratingnya.
Selain uraian panjang yang dibuat saat membuat review buku, rating berupa angka juga memudahkan calon pembaca untuk menilai, sebuah buku cukup menarik atau tidak. Ini bisa jadi bahan pertimbangan calon pembaca sebelum membeli dan membaca sebuah buku.
5. Tidak ada Kesimpulan
Dalam sebuah review, penulis review biasanya menuliskan kelebihan dan kekurangan buku yang dibaca. Ini akan membantu pembaca dan calon pembeli buku untuk mempertimbangkan buku tersebut.
Idealnya, setiap tulisan atau review sekalipun, harus berisi kesimpulan atau penutup di akhir tulisan. Nah, kadang suka terlewat nih. Padahal kesimpulan ini penting. Pembaca bisa saja langsung membaca bagian ini dan melewatkan bagian atasnya, untuk menentukan apakah dia akan membeli buku atau tidak.
6. Judul tidak Menarik
Saat awal menulis review dulu, aku ikut aturan baku: judul review tidak harus sama dengan judul buku. Justru harus berbeda dan menunjukkan isi review. Tapi ternyata, jumlah pengunjung laman review-ku sangat sedikit.
Akhirnya aku memutuskan menggunakan judul buku saja sebagai judul review. Dan ya, efeknya ternyata lebih baik. Jumlah pengunjung semakin banyak. Kalau cek mesin pencari, memang rata-rata orang akan menuliskan judul bukunya untuk mencari review buku. Jadi, penggunaan judul buku sebagai judul review di blog ternyata lebih efektif dibandingkan mencantumkan bukan judul buku.
Penggunaan judul review yang tidak sama dengan judul buku mungkin lebih cocok jika itu di ranah pendidikan atau di media cetak. Berbeda dengan judul laman blog. Tapi, kalau kamu bisa membuat judul review yang sama mudahnya dengan mencari judul buku, ya tidak masalah kan?
7. Show, don’t Tell
Jargon ini sebenarnya berlaku untuk beragam tulisan lain, tidak hanya review buku saja. Karena tulisan yang ‘show’ memang lebih menjual dan lebih user-friendly atau human-friendly jika dibandingkan tulisan yang hanya ‘tell’ saja.
Ini jadi pe-er besar bagiku. Karena ternyata mengubah tell menjadi show, bukan hal mudah. Intinya sih, masih perlu lebih banyak latihan lagi.
8. Konsistensi Menulis Review
Tulisan blog idealnya lebih dari 700 kata. Nah dulu, sewaktu awal membuat review, aku sering menulis hanya beberapa kata saja. Mungkin tidak lebih dari 300 kata. Ternyata ini juga berefek tidak baik lho.
Selain tidak memberikan informasi yang cukup tentang suatu buku pada pembaca, jumlah kata yang sedikit ini ternyata juga tidak disukai oleh mesin pencari. Mesin pencari lebih menyukai tulisan dengan jumlah kata yang banyak, misal 700 sampai 1500 kata. Hal ini karena jumlah kata yang banyak dianggap lebih informatif sehingga akan direkomendasikan di laman pertama mesin pencari.
Oke, itu tadi beberapa hal yang mungkin saja bisa menjadi kesalahan saat menulis review buku. Tentu, jika ingin menghasilkan review yang baik sekaligus mendapat pengunjung yang banyak, hal-hal tadi perlu dibereskan. Akan lebih baik juga jika pembaca mendapatkan manfaat review buku saat membaca review yang dibuat. Aku sendiri masih berusaha membereskan hal-hal di atas tadi satu per satu. Intinya, jangan pernah berhenti belajar. Sampai jumpa di tulisan lainnya.
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.