Daftar Isi [Tampil]
Pertanyaan ini kayaknya menggelitik banget ya. Jadi, tadi enggak sengaja nemu pertanyaan ini pas sekrol-sekrol media sosial. Nah sekarang jadi pengen kembali saat pertama kali menulis. Gue dulu nulis apaan aja ya?
Sependek ingatan gue, tulisan yang pertama kali gue buat adalah puisi. Saat itu gue masih awal kelas satu eSDe. Tema puisinya tentang perjuangan. Gue enggak inget isi persisnya, pun naskah itu entah masih ada atau enggak, tapi tema puisinya tentang perjuangan. Entah ide dari mana, dalam puisi itu ada satu kata yang diulang-ulang. Tapi ya itu, enggak ingat katanya. Sebenarnya bukan benar-benar menulis sih. Saat itu gue belum benar-benar lancar membaca dan menulis. Gue hanya membuatnya saja lalu apa yang gue ucapkan disalin oleh bapak di selembar kertas. Jadi, sebenarnya tulisan itu adalah kolaborasi gue dan bapak.
Tulisan berikutnya yang gue ingat adalah saat kelas empat eSDe. Gue selalu mengeluh saat tes bahasa Indonesia dan kami diminta membuat karangan, karena selalu kekurangan waktu. Gue juga sebal karena tiap membuat karangan, teman-teman gue selalu membuka tulisan mereka dengan ‘pada suatu hari’, persis seperti pakem gambar yang berubah gunung kembar. Dan hari itu, gue memutuskan untuk mengubahnya. Gue menghapus ‘pada suatu hari’ dari barisan pertama karangan yang gue buat. Enggak ingat persis apa kalimatnya. Yang pasti, hari itu untuk pertama kalinya, karangan yang gue buat tidak dimulai dengan ‘pada suatu hari’ alih-alih dimulai dengan percakapan. Iya, gue menyebutkan percakapan, karena memang gue belum ngerti beda kalimat yang diapit tanda kutip dengan kalimat tanpa tanda kutip. Sebuah kebanggaan tersendiri, lepas dari frasa ‘pada suatu hari.’ Dan setelahnya, perjalanan panjang menulis gue pun berlanjut.
Pertama Menulis
Oke, balik ke pertanyaan, apa yang kamu tulis saat pertama kali menulis? Kalau cerita gue di atas, gue mulai dengan puisi. Lalu cerpen dan banyak tulisan lainnya. Tapi, pernah enggak sih kepikiran, kalau jenis tulisan yang dibuat dimulai dair hal-hal yang dekat dengan keseharian?
Tulisan Pertama Gue Berupa Puisi
Kalau diselidiki lebih jauh, ternyata ini dipengaruhi bapak. Entah bagaimana ceritanya, kesukaan bapak dengan puisi ternyata menjadi pengaruh tulisan pertama gue. Bapak yang pertama kali mengarahkan gue menulis puisi. Meski dalam perkembangannya, gue kemudian tertarik juga dengan ragam tulisan lainnya. Dan hingga saat ini mencoba berbagai jenis dan macam tulisan. Tapi, semua diawali dari puisi sederhana di suatu malam saat gue baru saja masuk kelas satu eSDe saat itu.
Kamu kan anak Fisika, kenapa enggak nulis tentang Fisika aja?
Pertanyaan itu pernah disampaikan seorang blogger yang datang ke kamus gue bertahun silam. Saat itu gue jadi moderator acara Himpunan Mahasiswa di jurusan gue, yang menghadirkan seorang blogger guru dan blogger beken RD.
Gue juga heran sebenarnya, kenapa ya gue enggak menulis tentang fisika, padahal saat itu gue mahasiswa fisika. Jangan dibayangkan seperti apa isi otak anak fisika, paling-paling Cuma angka, rumus dan flowchart. Lucunya, saat itu gue justru menulis tentang hobby gue menonton dorama. Ketika orang lain mulai tertarik nonton Kdrama, gue justru khusyuk mengikuti dorama Galileo, dengan karakter dosen fisika jenius. (oke, yang ini enggak jauh-jauh dari fisika). Dan saat itu jawaban gue hanya: kan udah pusing di kampus ketemu rumus dan angka, masa iya, di luaran juga harus ketemu hal yang sama? Gue lebih haus hiburan dong.
Bertahun-tahun setelahnya, ada sedikit kekecewaan yang gue rasakan. Coba dulu gue sempat menulis tentang fisika di blog. Ya meski gue juga menulis tentang fisika di media lain sih. Tapi kalau dulu gue punya tulisan di blog tentang fisika, mungkin saat ini (dalam situasi pendemi seperti ini) akan lebih bermanfaat. Tapi tetap ya, gue enggak pernah kecewa apalagi menyesal meski lebih mendalami jdrama alih-alih fisika.
Ketertarikan akan jenis tulisan, berubah kok
Ada yang seperti ini juga? Ngaku aja deh, tulisan pertama yang kamu buat, belum tentu sama dengan tulisan yang saat ini kamu tekuni. Benar? Ada banyak faktor yang membuat kecenderungan akan jenis tulisan berubah. Contohnya faktor usia, pendidikan, pengalaman, lingkungan bahkan trend. Ada yang berubah secara alami tapi ada juga yang berubah karena paksaan.
Contohnya faktor ‘sertifikasi penulis’ yang masih hangat nih. Untuk bisa mendapatkan sertifikasi penulis non-fiksi, maka harus punya jenis tulisan non-fiksi solo. Nah mau enggak mau, akhirnya dipaksa menulis non-fiksi. Itu yang gue alami sih.
Contoh lain saat membuat tulisan pesanan di blog, misalnya. Pesanan tulisan biasanya punya standard tertentu. Baik dari segi isi bahkan SEO-nya. Apalagi kalau sudah nyerempet ke copywriting, akan beda lagi. Nah jenis tulisan pesanan ini ternyata juga berhasil memaksa gue berubah haluan atau ketertarikan akan jenis tulisan tertentu.
Kangan nulis Fiksi, apa obatnya?
Sebenarnya, muara tulisan ini adalah cerita tentang kerinduan gue menulis fiksi. Rasanya lama sekali sejak terakhir kali membuat tulisan fiksi. Ya, minat gue akan jenis tulisan berubah dan berkembang. Tentu banyak faktor dan alasan yang membuatnya demikian. Emang enggak suka? Bukan enggak suka sih sebenarnya. Lebih ke... kangen aja. Atau mungkin enggak asyik lagi? Bukan juga sih. Mungkin alasan lebih tepatnya, rasa khawatir jika terlalu sering membuat suatu jenis tulisan maka akan kehilangan kemampuan membuat tulisan lainnya. Urusan lebih bagus atau lebih jelek, itu urusan belakang. Hanya sebuah kerinduan.
Jadi, seberapa rindu gue dengan tulisan fiksi? Sulit untuk menggambarkannya dengan baik. Kalau solusinya gue harus membaca novel atau cerpen, rasanya tidak juga. Itu yang gue lakukan selama ini. Justru gue lebih banyak membaca tulisan fiksi, tapi menghasilkan tulisan non fiksi. Jadi, apalah ini sudah termasuk halu? Entahlah. Gue hanya rindu.
Penutup
Demikian tadi sesi curhat hari ini, hehe. Seneng aja sih, bisa curhat bin cerita lancar begini. Jadi, apa yang kamu tulis saat pertama kali menulis? Yuk ah, share juga curhatan kamu dengan komen di bawah.
Keren ya...kls 1 SD udah nulis puisi.
BalasHapusAku g inget nulis apaan^^
Sempat dpt pertanyaan mirip gitu, kenapa anak teknik g nulis teknik, punyeng pala klo inget rumus matematika bahan xD ...
Mending nulis mas Kenshin :D
sebelum komentar, ketawa dulu deh, hahahahaha
Hapusiya, isinya rumus semua. siapa yang mau baca ya?
Klo sekarang sih banyak paling yg mo baca, Na.
HapusSecara kan banyak yg sekolah dan kuliah online ^^
nah itu dia, coba dulu jadi buat ya, sekarang kepake dong
Hapuseh tapi pas awal pendemi sempat buat blog khusus fisika juga sih, cuma ya itu, malesnya kumat, hahahaha. jadi nganggur deh
Bener. Berguna banget memang tulisan ttg fisika dan ilmu di masa pandemi, banyak yg nyari.
HapusIya nulisnya butuh mood yg stabil, apalagi pulang kerja udah capek, rasanya tambah sesuatu bgt nulis yg serius gitu :D
Pertama kali menulis karangan pengalaman liburan sekolah sesuai perintah bu guru. Klise ya haha... Murni karangan khayal, karena liburan engga pernah ke mana-mana. hehe...
BalasHapuseh iya, bener juga. dulu kenapa gurunya selalu ngasih tugas yang sama ya? pengalaman liburan sekolah. padahal ya, liburan juga enggak pernah kemana-mana
Hapusaku kayaknya pertama nulis di diary deh - entah apa tulisan pertama haha.. aku related banget di bagian ketertarikan akan jenis tulisan berubah. duluuu sampe punya blog isinya segala hal tentang profesi saya, lalu bosan, nulis tentang pengalaman, lalu fiksi lalu ganti2 sesuai minat saat ini haha.
BalasHapusbetul, mbak. dulu ngiranya kalau udah suka sama satu jenis tulisan, ya udah itu aja. eh sekarang mah, tulisan apa aja dibaca dan dibuat. kalau memang butuh, ya disikat aja, hahahaha
HapusIya kangen, aku lagi menulis novel nih sambil baca bukunya Arswendo Atmowiloto menulis novel itu gampang, semoga naskahku bisa selesai aamiin..
BalasHapusamin amin main
Hapusnanti kalau sudah terbit, mau daftar jadi pembaca pertama deh
Aku gak fokus sama dorama Galileo, aku juga nonton itu amazing bangettt!! Btw kalau inget-inget tulisan pertama ku juga nulis puisi deh kayanya..
BalasHapushayuk lah nonton lagi, dorama galileo. enggak pernah ada bosennya sih
Hapusaku malah nulis diary mbaak wkwkkk, baru abis itu ngarang cerpen. betul banget, waktu nulis cerita pasti awalnya "pada suatu hari" 😠apa karena bacaan di sekolah saat itu kebanyakan memulai paragraf dengan "pada suatu hari", jadinya kita ketularan? 😂😂
BalasHapusbeneeeeer banget, efek 'pada suatu hari' emang luar biasa
Hapustapi kalau bisa lepas dari 'pada suatu hari' juga lebih luar biasa lagi