Daftar Isi [Tampil]
Apa kabar hari liburmu? Iya, hari ini tanggal merah di kalender gue. Kalau kalendermu gimana? Kalau enggak merah, berarti enggak libur, hehe. Setelah kesibukan rumah di pagi hari selesai, ini saatnya me-time. Iya, karena enggak bisa pergi kemana-mana dan memang memilih tidak nekat pergi kemana-mana, hari ini diisi dengan kegiatan lain yang tetap menyenangkan.
Tapi tetap dong ya, ada hubungannya sama buku. Dasar kecanduan buku! Dan kegiatan hari ini adalah ... menyampuli buku dengan sampul plastik. Ini adalah salah satu cara agar buku lebih awet.
Baca juga 7 tips baca buku meski sibuk.
Mundur sebentar beberapa bulan silam, sempat bongkar almari baru tapi eh ternyata buku-bukunya lembab. Tidak! Duh rasanya bersalah banget karena membiarkan buku-buku berharga itu lembab. Akhirnya mau enggak mau, bongkar deh.
Bersihkan lagi, terus beri gel penyerap lembab dan ditata ulang. Dan sebagai usaha lainnya, beberapa buku pun masuk antrian untuk diberi sampul plastik. Lets check!
Cara Agar Buku Lebih Awet
Persiapan Alat dan Bahan
Tokoh utamanya kan buku, jadi wajib dong bukunya ada dulu. Nah karena sampul yang akan digunakan adalah sampul plastik, jadi persiapkan juga sampul plastik. Boleh sampul yang sudah jadi, atau beli plastik meteran yang dipotong-potong untuk jadi sampul. Kali ini gue pakai sampul plastik jadi yang nganggur di rumah.
persiapan buku, alat, dan bahan |
Kalau buku dan sampul sudah siap, jangan lupa juga gunting dan selotip bening. Karena di rumah adanya yang gede, ya pakai itu, hehe. Oh iya, kalau masih butuh bantuan bisa juga gunakan double tip.
Label Buku
Jadi gue punya kebiasaan memasang label pada buku-buku yang ada di rumah. Biar kece kayak perpustakaan, gitu dulu awalnya. Dan memang jadi kebiasaan hingga sekarang. Tidak ada aturan khusus sih. Dan memang tidak mengikuti aturan pelabelan seperti di perpustakaan sungguhan. Label ini buat gue hanya sebagai penanda kalau itu buku gue.
label buku pribadi |
Oh iya, ini ternyata stok yang ada adalah label lama. Soalnya alamat blognya masih pakai blogspot. Kelupaan belum buat label baru. Label ini gue buat di komputer dan diprint dengan kertas biasa kok, bukan kertas label. Tapi kalau kamu lebih suka kertas label, juga boleh. Atau bahkan bisa pesan kertas stiker khusus yang transparan itu lho.
label buku terpasang |
Seperti isi labelnya yang tidak ada aturan bakunya, alias suka-suka gue, pemasangan di buku juga enggak ada aturan khusus. Yang penting terpasang dengan rapi, aman, dan mudah dibaca. Jadi kalau buku itu dipinjem, ada buktinya. Oh ya, selain diberi label, buku-buku ini juga gue catat. Enggak serapi katalog di perpustakaan sih. Tapi setidaknya, ketahuan kalau ada buku yang masih dipinjam dan belum balik.
Before dan After
Kalau semua sudah siap, tinggal eksekusi aja. Sampuli deh buku-buku itu dengan sampul plastik. Enggak ada aturan khusus penyampulan sih. Yang penting rapi aja dan enak dilihat.
Dari gambar ini enggak terlalu terlihat ya? hehe ... kalau dari foto flatlay memang enggak terlalu terlihat buku-buku yang sudah disampuli. Tapi kalau digeser sedikit, jadi terlihat kan buku yang sudah disampuli.
buku selesai disampuli plastik |
Buat gue, ada kelebihan dan kekurangan sih saat menyampuli dengan sampul plastik jika dibandingkan dengan plastik meteran yang dipotong-potong untuk jadi sampul. Pertama, plastik meteran jelas lebih ribet, karena harus motong dulu baru bisa dipakai.
Kalau sampul plastik jadi kan tinggal pakai aja. Cuma enggak enaknya, kalau sampul plastik jadi, dibatasi ukuran maksimal si sampul ini. Sedangkan pada plastik meteran, bebas dipotong ukurannya sesuai ukuran buku.
Kedua, efek hasilnya lebih rapi dan ‘menempel’ kalau sampul plastik meteran. Karena memang plastiknya sedikit lebih tebal dibanding sampul jadi, dan sedikit lebih kaku, jadi efeknya benar-bener menempel. Ibarat cover kedua. Sedangkan pada sampul jadi, enggak terlalu menempel, jadi suka geser.
Ketiga, sayangnya kalau sudah agak lama, sampul plastik meteran ini kurang fleksibel. Beberapa buku yang agak melar kertasnya karena kering, ternyata tidak diikuti melarnya si sampul plastik meteran. Akhirnya sampul buku agak melengkung. Sementara pada sampul plastik jadi, plastiknya lebih fleksibel dan mengikuti ukuran buku.
Baca juga review buku Sang Pewarta.
Penutup
Kira-kira begitu deh, perbandingan kedua sampul plastik. Kembali pada selera masing-masing, mana yang lebih enak digunakan. Yang jelas, sampul plastik itu perlu, sebagai salah satu cara agar buku lebih awet. Tentu dengan tambahan beberapa tips lainnya. Nanti deh kapan-kapan gue bahas lagi.
Sampai jumpa di tulisan lainnya.
Kalo buku jadi ada bercak bercak kuning itu sakit apa ya?
BalasHapusGimana sembuhinnya? Atau cara pencegahannya?
Buku gue sebagian begitu :(
Sakit kuning 😔
BalasHapusKayaknya kalau ngilangin bercak kuningnya, enggak bisa deh.
Ada faktor bahan kertasnya juga.
Tapi sebelum kuning, bisa dicegah.
Simpan di tempat yg suhunya pas.
Enggak kering bgt, enggak lembap banget.
Kalau temen gue ada yg tiap bukunya dimasukin plastik khusus (plastik yg kaya buat bungkus undangan itu lho), terus dikasih gel anti lembab.
Gitu kira2
wait wait!!!
BalasHapus"disampuli" iku bahasa opo tho????
Grey, plis dong. jangan ngadi-ngadi ya. emang ada bahasa lain? hmmm ... jangan mikir aneh2 deh
Hapus