Daftar Isi [Tampil]
Hari pertama bulan Oktober dan postingan pertama di bulan Oktober. Dan kali ini isinya curhat aja deh, bukan review. Belum sempat baca review. Apalagi ini masih anget-angetnya akhir September jelang Oktober.
Tentang Katastrofi Mendunia
Jadi, edisi curhat kali ini tentang sebuah buku yang—entah bagaimana—judulnya terlalu membekas di ingatan gue hingga hari ini. Katastrofi Mendunia, tulisan penyair kawakan Taufik Ismail. Definisi katastrofi atau katastrofe di kbbi adalah:
Judul lengkapnya Katastrofi mendunia : marxisma leninisma stalinisma maoisma narkoba. Buku ini diterbitkan Yayasan Titik Infinitum tahun 2004 dengan jumlah halaman 384 dengan nomer ISBN 979-98857-0-1.
Btw, gue enggak akan membahas isinya ataupun kajian sejarah tentang isi buku ini. Itu bukan area yang gue kuasai. Ini murni curhatan gue ketika menyelesaikan lembar demi lembar buku ini. Bukan dalam rangka sok wah ataupun sok keren. Serius, ini sekadar curhat saja.
Entah bagaimana caranya, buku ‘berat’ seperti ini bisa ada di perpustakaan SMA gue. Dan lebih entah lagi, kok bisa gue nemu buku ini ya? Baca judulnya aja udah kerasa kan ya, ‘wah ini mah buku yang isinya berat’. Tapi lagi-lagi, entah gimana juga, kemudian gue membuka halaman awalnya dan mulai membaca. Hingga lembar demi lembar gue lahap dan habiskan, tanpa sisa, hingga halaman terakhir. Ekspresi gue? Kaget, takut, pengen nangis, dan istighfar berkali-kali. Isinya sungguh uwow. Bagi anak kelas XII SMA, yang tidak pernah benar-benar mengkaji isinya secara khusus, rasanya buku seperti ini adalah fiksi. Tapi kalau inget pelajaran sejarah yang pernah disampaikan guru di kelas, maka gue pun tidak bisa mengingkari kalau buku ini bukan fiksi. Buku ini adalah rekaman sejumlah fakta yang benar-benar terjadi. Bukan hanya di Indonesia tapi juga beberapa negara sekitar.
Belajar dari Buku Sejarah
Sejarah adalah sejarah. Masa lalu, situasi yang pernah terjadi sebelumnya. Siapa dan bagaimana sejarah diceritakan saja, bisa berbeda. Apalagi memahami kisah sejarah itu sendiri. Dan jangan kaget kalau jadi makin bingung dengan semakin banyak membaca sejarah. Ah, sudahlah. Gue cukup jadi pembaca saja. Bukan ahli sejarah yang bisa mengkaji serta punya argumen jelas untuk mengatakan A, B, atau C. Gue cukup tahu saja. Bukan untuk membenarkan atau menyalahkan. Tapi mengambil hikmah dari apa yang diceritakan kisah sejarah.
Penutup
Oh iya, terima kasih pada Mas Poniran dan Mbak Tuti. Duo petugas perpustakaan SMA yang super ramah dan friendly pada anak-anak. Yang sabar banget kalau kami telat mengembalikan buku. Yang sabar banget memenuhi rekues kami anak-anak yang haus bacaan.
Kalau aku kayaknya ngga pernah ke perpus deh pas SMA,
BalasHapuseh pernah ding, rapat apaan gitu,
selebihnya kantin.
I miss kantin sekola :'(
*baru bisa komen*
Ya karena kalian2 itulah, makannya sy jadi jarang ke kantin 😔 hmmm
Hapus