Daftar Isi [Tampil]
Another story of broken heart, hmmmm ...
Ditinggal Annida dan Gizone, gue sempat ketemu dengan Story di lapak majalah yang ada di depan kampus. Berbeda dengan Annida dan GiZone yang secara jelas mengusung fiksi Islami, Story mengusung fiksi umum. Meski dibanding majalah remaja lainnya yang umum terbit, Story tetap paling juara urusan isi.Story dan Cerita-ceritanya
Meski segmen pasarnya remaja, Story memberikan ruang yang luas untuk para penulis. Dari sini pun banyak bermunculan penulis baru. Rasanya seperti hidup kembali, bisa membaca cerita sastra yang memang benar-benar keren, bukan asal tulis dan jauh dari typo. Hampir sama seperti Annida dan Gizone, Story juga punya segudang cerpen maupun cerbung di dalam isinya. Bisa dimengerti sih, akhirnya gue pun betah ngebucin majalah ini.
Dengan harga dua kali lipat harga Annida lama, nyatanya gue tetap menyisikan uang saku untuk beli majalah ini. Koleksinya pun cukup lumayan. Saat K-Pop makin ramai, majalah ini mengikut trend dengan banyak menampilkan liputan tentang K-Pop. TAPI tetap tidak meninggalkan identitas aslinya sebagai majalah yang memberikan banyak ruang untuk para penulis.
Sayangnya, seperti dua majalah langganan gue sebelumnya, Story pun akhirnya harus berhenti cetak. Tidak lagi sanggup mengimbangi perubahan trend membaca para remaja yang lebih suka dengan media daring. Gue yang terlanjur patah hati, nggak lagi mengikuti informasinya. Entah majalah ini sempat memiliki versi digital-nya atau tidak, sejujurnya gue juga nggak tahu.
Cita-cita gue agar cerpen atau tulisan lainnya bisa terbit di Story pun harus kandas setelah majalah ini akhirnya berhenti terbit. Tapi, gue juga punya kenangan dong. Karena foto dan curhatan gue pernah nyempil di majalah ini, pada rubrik curhat penulis. Hehe, bangga aja. Meski belum tulisan full yang terbit di majalah ini.
Dengan harga dua kali lipat harga Annida lama, nyatanya gue tetap menyisikan uang saku untuk beli majalah ini. Koleksinya pun cukup lumayan. Saat K-Pop makin ramai, majalah ini mengikut trend dengan banyak menampilkan liputan tentang K-Pop. TAPI tetap tidak meninggalkan identitas aslinya sebagai majalah yang memberikan banyak ruang untuk para penulis.
Sayangnya, seperti dua majalah langganan gue sebelumnya, Story pun akhirnya harus berhenti cetak. Tidak lagi sanggup mengimbangi perubahan trend membaca para remaja yang lebih suka dengan media daring. Gue yang terlanjur patah hati, nggak lagi mengikuti informasinya. Entah majalah ini sempat memiliki versi digital-nya atau tidak, sejujurnya gue juga nggak tahu.
Cita-cita gue agar cerpen atau tulisan lainnya bisa terbit di Story pun harus kandas setelah majalah ini akhirnya berhenti terbit. Tapi, gue juga punya kenangan dong. Karena foto dan curhatan gue pernah nyempil di majalah ini, pada rubrik curhat penulis. Hehe, bangga aja. Meski belum tulisan full yang terbit di majalah ini.
Gue muali baca pas semester akhir kuliah, minjem buku2 di perpus masjid kampus.
BalasHapusSampe sekarang masih ada 1 buku yg nyangkut di rumah, haha XD
balikin woi
Hapuswah, nggak bener ini
hahahahahaha