Daftar Isi [Tampil]
“Mau dipakai komputernya?” tanya Dania saat menyadari seseorang berdiri di sampingnya, ikut melihat ke arah komputer yang ada di depannya.
Lelaki berkemeja biru itu menggeleng. “Cuma pengen liatin aja, lagi ngapaian.” Lalu berbalik dan kembali duduk di kursinya yang hanya berjarak empat langkah dari meja komputer tadi.
“Lah, kirain,” mata Dania kembali mengarah pada layar komputer di depannya. Ada beberapa file yang harus ia cetak. Dan sebelum dicetak, Dania merasa perlu untuk memeriksanya sekali lagi.
Dari ujung kacamatanya, Dania melirik ke arah lelaki berkemeja biru itu. Aroma segar sabun mandi itu perlahan memudar seiring menjauhnya lelaki berkemeja biru. Paras wajahnya bersih, alis matanya melengkung tebal, dan tatapan mata itu, siapa yang bisa menghindarinya? Ia tidak punya lesung pipi pincang apalagi sepasang. Lalu, dengan kaki jenjang, dada bidang dan punggung lapang yang tersembunyi di bali kemeja birunya, detak jantung siapa yang tidak menderu?
Bad boy? Bukan seperti itu lelaki berkemeja biru membagi senyumnya. Ia tersenyum ringan pada semua yang menyapanya. Bahkan dengan santainya menyapa mereka lebih dulu. Bukan tipe manusia misterius dengan sedikit senyum dan sikap arogan. Tidak, ia tidak menarik perhatian dengan cara seperti itu.
Tunggu! Menarik?
Itu anehnya. Dania tahu benar, bisik-bisik di sekitarnya mengatakan bahkan ada fans club dari lelaku berkemeja biru. Dania tidak tertarik. Tunggu! Bukan tidak tertarik pada fan club-nya. Lebih parah dari ini. Dania tidak tertarik dengan lelaki berkemeja biru. Padahal, lelaki berkejema biru punya semua alasan untuk membuat Dania tertarik padanya. Padahal Dania harus membuat dirinya tertarik pada si lelaki. Harus!
Sekali lagi, Dania mengembuskan napas berat. “Aku harus jatuh cinta pada lelaki berkemeja biru. Aku harus jatuh cinta, untuk menyelesaikan tulisanku. Tapi, bagaimana caranya jatuh cinta?”
“Lah, kirain,” mata Dania kembali mengarah pada layar komputer di depannya. Ada beberapa file yang harus ia cetak. Dan sebelum dicetak, Dania merasa perlu untuk memeriksanya sekali lagi.
Dari ujung kacamatanya, Dania melirik ke arah lelaki berkemeja biru itu. Aroma segar sabun mandi itu perlahan memudar seiring menjauhnya lelaki berkemeja biru. Paras wajahnya bersih, alis matanya melengkung tebal, dan tatapan mata itu, siapa yang bisa menghindarinya? Ia tidak punya lesung pipi pincang apalagi sepasang. Lalu, dengan kaki jenjang, dada bidang dan punggung lapang yang tersembunyi di bali kemeja birunya, detak jantung siapa yang tidak menderu?
Bad boy? Bukan seperti itu lelaki berkemeja biru membagi senyumnya. Ia tersenyum ringan pada semua yang menyapanya. Bahkan dengan santainya menyapa mereka lebih dulu. Bukan tipe manusia misterius dengan sedikit senyum dan sikap arogan. Tidak, ia tidak menarik perhatian dengan cara seperti itu.
Tunggu! Menarik?
Itu anehnya. Dania tahu benar, bisik-bisik di sekitarnya mengatakan bahkan ada fans club dari lelaku berkemeja biru. Dania tidak tertarik. Tunggu! Bukan tidak tertarik pada fan club-nya. Lebih parah dari ini. Dania tidak tertarik dengan lelaki berkemeja biru. Padahal, lelaki berkejema biru punya semua alasan untuk membuat Dania tertarik padanya. Padahal Dania harus membuat dirinya tertarik pada si lelaki. Harus!
Sekali lagi, Dania mengembuskan napas berat. “Aku harus jatuh cinta pada lelaki berkemeja biru. Aku harus jatuh cinta, untuk menyelesaikan tulisanku. Tapi, bagaimana caranya jatuh cinta?”
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.