Daftar Isi [Tampil]
Kali ini bahasannya agak serius nih, menjadi penulis bertanggungjawab. Makannya dulu jaman di kampus dan masih ngerjain skripsi, dosen selalu ribut nanyain ‘buku sumber’ dan ‘dasarnya apa?’. Karena memang segala hal, apapun itu harus dipertanggungjawabkan. Seperti halnya skripsi yang harus dipertanggungjawabkan sumber dan hasilnya. Seperti itu juga, tulisan lain di luar sana.
Menjadi Penulis Bertanggungjawab
Menjadi penulis bertanggungjawab, lebih tepatnya berani bertanggungjawab atas tulisan yang dibuat, memang bukan hal berat. Pun juga, bukan hal mudah. Menjadi penulis itu seperti bermain peran. Bagaimana berperan menjadi seorang penulis itu sendiri sekaligus menjadi pembaca. Penulis memang bebas menuliskan apa saja. Tetapi, jangan lupa, nggak semua pembaca bisa langsung paham dan ‘benar’ dalam memahami setiap ujaran si penulis dalam tulisan. Nggak semua pesan dalam tulisan itu akan tersampaikan dengan baik, menurut teori komunikasi seperti itu. Karena itu, saat menulis, jelas sangat penting bisa juga memahami pembaca. Bisa membayangkan, kira-kira seperti inilah yang akan dipahami pembaca. Kira-kira seperti ini tanggapan pembaca.
Benar sih, pekerjaan bermain peran sebagai pembaca ini memang coba-coba. Artinya penulis nggak bisa benar-benar menebak apa yang ada dalam pikiran pembaca saat membaca tulisannya. Tapi, bukan berarti tidak bisa. Keterampilan bermain peran ini ternyata bisa diasah dengan semakin banyak membaca dan menulis. Pada akhirnya, dua hal itu yang harus kembali dilakukan dan diulang lagi, lagi serta lagi.
Bagaimana mau menulis kalau tidak pernah membaca. Bagaimana bisa teko menuangkan air kalau dalam dirinya tidak pernah diisi air dari mata air. Seperti itu juga siklus membaca-menulis-membaca-menulis dan seterusnya. Sebuah siklus panjang tanpa akhir, tanpa awal dan tanpa jeda.
Kembali pada tanggungjawab penulis. Tanggungjawab inilah yang kemudian menjadi alasan bagi seseorang menulis, untuk apa menulis? Apa tujuannya menulis? Semua orang punya jawaban masing-masing. Dan ini bukan jawaban sekali ataupun jawaban pasti, alih-alih jawaban yang bisa berubah, bertambah atau bahkan berkurang dan hilang sama sekali.
Benar sih, pekerjaan bermain peran sebagai pembaca ini memang coba-coba. Artinya penulis nggak bisa benar-benar menebak apa yang ada dalam pikiran pembaca saat membaca tulisannya. Tapi, bukan berarti tidak bisa. Keterampilan bermain peran ini ternyata bisa diasah dengan semakin banyak membaca dan menulis. Pada akhirnya, dua hal itu yang harus kembali dilakukan dan diulang lagi, lagi serta lagi.
Bagaimana mau menulis kalau tidak pernah membaca. Bagaimana bisa teko menuangkan air kalau dalam dirinya tidak pernah diisi air dari mata air. Seperti itu juga siklus membaca-menulis-membaca-menulis dan seterusnya. Sebuah siklus panjang tanpa akhir, tanpa awal dan tanpa jeda.
Kembali pada tanggungjawab penulis. Tanggungjawab inilah yang kemudian menjadi alasan bagi seseorang menulis, untuk apa menulis? Apa tujuannya menulis? Semua orang punya jawaban masing-masing. Dan ini bukan jawaban sekali ataupun jawaban pasti, alih-alih jawaban yang bisa berubah, bertambah atau bahkan berkurang dan hilang sama sekali.
Penutup
Jadi, yuk belajar jadi penulis bertanggungjawab. Paling nggak, kalau buat tulisan jangan tulisan yang bikin orang lain bertingkah aneh-aneh apalagi melakukan hal-hal yang buruk. Kalau belum bisa membuat tulisan yang menginspirasi atau bikin orang jadi baik, paling nggak, jangan bikin tulisan yang bisa merusak.Salam Literasi!
Tidak ada komentar:
Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)
Note :
Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.